Minggu, 27 Desember 2015

Abstrak

1. Abstrak
Pengertian Abstrak adalah gambaran menyeluruh mengenai kegiatan penelitian yang dibuat secara ringkas. Dengan adanya bagian abstrak ini memberikan gambaran kepada pembaca mengenai isi laporan yang akan dibacanya. Penulisan abstrak ini menjadi penting karena isi abstrak akan mempengaruhi pembaca untuk memutuskan apakah ia akan membaca laporan tersebut atau tidak.

2. Contoh Abstrak


3. Yang dimuat dalam abstrak
Abstrak selalu dalam bentuk informatif, terdiri dari 200 – 250 kata yang berisi :

a.       Tujuan dan masalah penelitian
b.       Metode penelitian
c.       Hasil yang diperoleh pada penelitian
d.       Kesimpulan
e.       Kata Kunci

4. Cara membuat abstrak

- Membuat penulisan ilmiah dahulu
          Walaupun abstrak berada di halaman depan penulisan ilmiah, namun karena abstrak berisi ringkasan dari penulisan ilmiah, maka kita harus mebuat penulisannya dahulu. Walaupun kita sudah tahu isi penulisannya, akan lebih baik menulis abstrak dilakukan terakhir, supaya anda bisa memberikan ringkasan yang lebih akurat karena anda sudah mengetahui apa yang anda tulis.

- Tinjau dan pahami hal-hal yang perlu ditulis
          Tinjau dan pahami disini maksudnya adalah memperhatikan apakah ada panjang maksimum dan minumumnya, siapa yang membaca abstraksi ini, apakah ada gaya penulisan yang perlu diperhatikan, dan lain sebagainya.

- Tentukan jenis abstrak yang ingin ditulis
          Abstrak dibagi menjadi dua : abstrak deskriptif dan informatif. Perbedaannya adalah kalau abstrak deskriptif menjelaskan tujuan dan metode penelitian tetapi tidak menuliskan bagian hasil. Abstrak deskriptif lebih baik digunaka untuk makalah yang pendek.
          Sedangkan abstrak informatif memberikan tinjauan semua penelitian termasuk hasil, abstrak informatif biasanya digunakan untuk penelitian yang teknis atau lebih panjang.

5. Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis). Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.

Fungsi Daftar Pustaka

a.  Sebagai salah satu cara untuk memberikan berbagai referensi yang berhubungan bagi pembaca untuk melakukan sebuah kajian lanjutan maupun kajian ulang yang berhubungan dengan tema buku tersebut.

b.  Sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap penulis baik penulis buku maupun karya tulis atas karyanya yang telah memberikan manfaat dan peranan terhadap penulisan sebuah buku atau karya tulis.

6. Contoh Daftar Pustaka


7. Penulisan daftar pustaka yang baik dan benar
Terdapat empat unsur yang harus diperhatikan urutan dalam penulisan daftar pustaka, yaitu :

1) nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,

2) tahun terbitan karya ilmiah yang bersangkutan,

3) judul karya ilmiah dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama tiap kalli kecuali untuk kata sambung dan kata depan, dan

4) data publikasi berisi nama tempat (kota) dan nama penerbit karya yang dikutip.


Hal-hal yang perlu diperhatikan:


a. Tulis nama penulis sesuai dengan huruf alfabet (A-Z).

b. Apabila nama penulis sama namun judul buku berbeda, maka dibawah nama diberi tanda garis panjang sebanyak 10 sekaligus mengurutkan tahun yang lama ketahun yang lebih baru.


Contoh: Mustava Wijayakusuma. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
                 __________. 2010. Khasiat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.


c. Apabila mendapatkan buku dengan dua penulis, maka nama kedua penulis tersebut di tulis semua.


Contoh : Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


d. Jika nama penulis banyak (lebih dari satu orang), maka penulis utama yang dicantumkan kemudian diberi tanda koma dan diikuti dkk (dan kawan-kawan).


Contoh: Zuhdi, dkk. 2008. Cara Menulis Buku. Malang: Rena Press.


e. Jika penulis buku orang asing, maka penulisan namanya dibalik dan diikuti tanda koma. Hal ini dikarenakan nama asing meletakkan nama sendiri di belakang nama keluarga atau nama marga.


Contoh : Harrison, P. 1987. The Greening of Africa. Penguin Books: New York.




Sumber :
http://www.tipspendidikan.site/2015/04/cara-menulis-daftar-pustaka-yang-baik.html?m=1 http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/12/kutipan-daftar-pustaka-catatan-kaki.html?m=1
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/09/26/serial-teknik-penulisan-ilmiah-penulisan-daftar-pustaka/ http://contohsurat123.blogspot.co.id/2015/03/contoh-penulisan-daftar-pustaka.html?m=1 http://safiraayuandrini.blogspot.co.id/
http://library.gunadarma.ac.id/epaper/viewer/129960/10100681#page/1/mode/1up
 http://ferandaannisa.blogspot.co.id/2015/12/abstrak_19.html

Perencanaan Penulisan Ilmiah

Penulisan ilmiah adalah laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Adapun bagian-bagian yang dimuat dalam penulisan ilmiah, seperti di bawah ini : 

1. Bagian Awal

● Cover      
Cover atau halaman judul merupakan bagian awal yang ada di urutan nomor 1. Menurut saya, dengan adanya cover akan menghasilkan informasi bagi pihak yang bersangkutan. Sehingga pihak tersebut dapat mengetahui siapa yang membuat dan apa yang dibuat dengan mudah dan cepat. Karena di hal-hal yang dimuat dalam cover meliputi:

 - Judul Penulisan Ilmiah
 - Nama penyusun PI
 - NPM
 - Jurusan
 - Pembimbing
 - Tahun penyusunan PI

● Lembar Pernyataan
 Lembar penyataan termasuk ke dalam bagian awal penulisan ilmiah. Dimana ia memiliki peran yang penting sebagai bukti keaslian laporan penulisan ilmiah yang telah dibuat. Karena halaman pernyataan ini berisi pernyataan bahwa penulisan ilmiah ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.

● Lembar Pengesahan    
Pada lembar pengesahan ini, hal yang perlu dituliskan adalah Judul PI, Nama, NPM, Tanggal Sidang, Tanggal Lulus, dan Tanda Tangan Pembimbing, Koordinator PI, serta Direktur.

● Abstraksi  
Berisi ringkasan dari penulisan secara singkat, jelas, dan padat. Dan ia dibatasi maksimal 1 halaman.

Fungsi dari abstrak :

- menghindari terjadinya duplikasi tulisan
- memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil penelitian yang sudah dibuat


● Kata Pengantar    
Berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan dalam pelaksanaan penelitian dan PI (a.l. Direktur, Koordinator PI, Pembimbing, Perusahaan (jika ada), Orang tua, keluarga, teman dll ).

● Daftar isi    
Bagian dalam daftar isi ialah mencantumkan informasi dengan cara menuliskan nomor halaman dari tiap bagian materi yang berbeda.

2. Bab I : pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian.

● Latar belakang masalah
Menguraikan alasan penyusun atau mengapa penulis sampai kepada pemilihan topik permasalahan yang bersangkutan. Isi dari latar belakang masalah antara lain keingintahuan, gejala, dan identifikasi masalah.

● Rumusan masalah dan Batasan masalah
Merumuskan secara detil permasalahan yang akan dibahas pada penelitian, serta memberikan batasan yang jelas bagian mana dari persoalan yang dikaji dan bagian mana yang tidak.

● tujuan penelitian
Menggambarkan hasil-hasil yang diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.

● Metodologi penelitian
menjelaskan pelaksanaan kegiatan penelitian, data/variable yang digunakan, metode pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan. Jenis-Jenis Metode Penelitian :

a.  Studi Pustaka    : Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal ilmiah.
b.  Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
c.  Gabungan          : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.


(Bila penulis melakukan Praktek Kerja, laporan ditulis menurut format PI).

3. Bab II : Landasan teori
Berisi tentang materi/ grand theory yang di gunakam.Dengan kata lain, pada bab 2 landasan teori ini menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang terdiri atas pustaka terbaru, relevan dan asli dari jurnal ilmiah, kajian yang dengan jelas menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang dilakukan dan mengacu pada daftar pustaka. Dan dapat diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya (jika sudah pernah diteliti).

4. Bab III : Metodologi penelitian
Bab III ini berisi penjelasan atau pengenalan objek penelitian,  menjelaskan pelaksanaan kegiatan penelitian, data/variable yang digunakan, metode pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan.

5. Bab IV : Pembahasan
Berisi tentang perhitungan dan pembahasan penelitian yang kita kerjakan serta diikutin dengan penjelasannya.  

6. Bab V : Penutup
Bab ke V atau penutup ini berisikan dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran.

● Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.

● Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait sehubungan dengan hasil penelitian. Saran hendaknya kongkrit, realistis, bernilai praktis dan terarah.

7. Bagian Akhir
Bagian akhir berisikan dua bagian pula, yaitu daftar pustaka dan lampiran.

● Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal ilmiah, majalah, website dll), yang digunakan dalam penulisan. Buku referensi diharuskan terbit lima tahun terakhir.

● Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, program, gambar, perhitungan-perhitungan, grafik, atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.



Sumber :
https://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/
http://yanitautami93.blogspot.co.id/2013/09/tips-dan-panduan-menghadapi-pi.html?m=1
http://safiraayuandrini.blogspot.co.id/2015/12/perencanaan-penulisan-ilmiah.html?m=1 https://ahmadfatoniofficial.wordpress.com/2012/06/20/pedoman-penulisan-ilmiah-pi/

Minggu, 01 November 2015

ALENEA ATAU PARAGRAF

A. JENIS TULISAN DALAM LARAS ILMIAH

Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.

Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarangmelainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).

Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).

Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.

Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).

Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.

Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.

Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.

Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.

Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :

harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua maknaharus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguanharus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.


B. EKSPOSISI, ARGUMENTASI, NARASI,  DESKRIPSI



EKSPOSISI
Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan yang menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran. Gaya penulisan ekspositoris (bersifat eksposisi) biasanya informatif, yaitu gaya bahasa yang objektif atau tidak emosional. Ada beberapa metode agar tulisan ekpositoris ini bergaya demikian.

ARGUMENTASI

Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Tujuan dari argumentasi adalah orang lain percaya atau bahkan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara.  Bagian penting dari argumentasi adalah penalaran, yaitu proses berpikir untuk menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti. Tiga unsur terpenting dalam argumentasi adalah (a) data, (b) fakta, dan (c) pendapat ahli (expert).

DESKRIPSI

Deskripsi adalah bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian tentang sesuatu. Penulis berusaha untuk memindahkan kesan-kesan, hasil observasi, dan pengamatannya kepada para pembaca. Dalam deskripsi ada imajinasi atau daya khayal. Tulisan deskriptif membuat para pembaca seolah-olah melihat langsung peristiwa atau sesuatu yang dibicarakan.

NARASI

Narasi adalah bentuk tulisan yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dirangkai menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi pada prinsipnya berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”


C. SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF


1.      Kesatuan

Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut.

2.      Kepaduan

Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami.


Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.

Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya dllHubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, meskipun dllHubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya dllHubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi dllHubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, kemudian dllHubungan yang menyatakan singkatan, misal:  ringkasnya, misalnya, yakni, sesungguhnya dllHubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, dekat, di seberang dll


3.      Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.

D. KALIMAT TOPIK & PELETAKKANNYA


Sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu. 


Ada tiga jenis paragraf berdasarkan peletakan gagasan utama dalam paragraf tersebut yaitu: 


1.         Paragraf Deduktif

Paragraf Deduktif adalah paragraf yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.

2.         Paragraf Induktif

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama. Paragraf Induktif terbagi menjadi tiga yaitu:

A.      Generalisasi

Generalisasi adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan.

B.        Analogi

Analogi merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.


C.        Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.


3.         Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal kalimat.

E. POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

Pola pengembangan paragraf sendiri adalah suatu penalaran atau pemikiran yang berdasarkan data untuk menarik suatu kesimpulan. Ada dua cara penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu penalaran deduksi dan induksi. Di bawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai pola-pola pengembangan paragaf tersebut.


1. Penalaran Deduksi


Penalaran deduksi adalah proses pengembangan paragraf dimana hal-hal umum dikemukakan terlebih dahulu kemudian selanjutnay didukung atau diperjelas dengan hal-hal khusus. Proses penalaran deduksi terbagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.

1.1 Silogisme

Proses penalaran silogisme adalah proses penarikan sebuah kesimpulan dengan menghubungkan dua pernyataan yang berlainan. Silogisme tersusun dari dua buah pernyataan yang disebut dengan premis mayor sebagai pernyataan umum, premis minor sebagai pernyataan khusus dan sebuah konklusi atau kesimpulan.

Rumus Silogisme

Premis mayor : Semua A = B
Premis minor  : C = A
Kesimpulan     : C = B

Contoh :

Silogisme sendiri terbagi menjadi 3 jenis silogisme yaitu:

A. Silogisme kategorial

Proses silogisme ini tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang bersifat kategoris.

Contoh:

P1 = Semua karyawan bergelar sarjana
P2 = Budi adalah karyawan
K= Budi bergelar sarjana

P1 = Semua binatang berkaki empat mamalia
P2= Kambing memiliki 4 kaki
K = Kambing termasuk mamalia

B. Silogisme hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berproposisi conditional hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen, begitu juga dengan sebaliknya.

Contoh:

P1 = Jika tidak ada oksigen, makhluk hidup mati
P2 = Oksigen tidak ada
K = Jadi, makhluk hidup mati

P1 = Jika ada uang Budi membeli motor baru
P2 = Budi ada uang
K = Jadi, Budi membeli motor baru

C. Silogisme alternative

Silogisme alternative premis mayornya berupa proposisi alternative. Bila premis minornya membenarkan salah satu dari alternative yang ada, maka kesimpulannya akan menolak alterantif lainnya.

Contoh:

P1 = Budi sedang bermain di tempat Ani atau Joko
P2 = Budi bermain bersama Ani
K = Jadi, Budi tidak bermain dengan Joko

P1 = Ayah ingin menanam Bungan mawar atau melati
P2 = Ayah menanam bunga mawar
K = Jadi, ayah tidak menanam bunga melati


1.2. Entimen

Entimen adalah proses pemendekan silogisme atau disebut juga dengan silogisme yang dipendekan.

Rumus entimen

C = B, karena C = A

Contoh:

Silogisme

P1 = Anak yang rajin selalu mengerjakan Pr
P2 = Budi mengerjakan PR
K = Budi adalah anak yang rajin

Dari silogisme di atas maka entimennya adalah:

Budi selalu mengerjakan Pr karena dia adalah anak yang rajin.


2. Penalaran Induksi


Penalaran Induksi atau Induktif adalah suatu proses pengembangan paragraf dengan menggunakan penalaran khusus ke umum. Dengan kata lain paragraf yang menggunakan pola ini dikembangkan dengan menyajikan topik-topik yang khusus kemudian disimpulkan dengan kalimat khusus pada bagian akhir paragraf.

Proses penalaran ini dapat dibedakan menjadi:

2.1. Generalisasi

Proses generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari suatu fenomena khusus ke sebuah kesimpulan umum.

2.2 Sebab-Akibat

Sebab akibat adalah proses penalaran yang diawali dari peristiwa-peristiwa khusus yang dianggap sebagai sebab dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang dianggap sebagi akibat.

2.3. Analogi

Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya.



SUMBER:
https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/13/laras-bahasa/ 
http://janganpernahselingku.blogspot.co.id/2014/10/letak-kalimat-utama-dan-tekhnik.html?m=1 https://ajengtriansari.wordpress.com/2013/07/21/syarat-syarat-pembentukan-dan-pengembangan-paragraf/ http://www.kompasiana.com/sigit_s/eksposisi-argumentasi-deskripsi-narasi-dan-tipe-teks-dalam-bahasa-indonesia_54f456387455139d2b6c88f1
http://www.cara-wanita.com/2013/09/defenisi-dan-contoh-paragraf-narasi.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/penjelasan-pola-pengembangan-paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html?m=1

KALIMAT EFEKTIF

A. KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
B. KESALAHAN KALIMAT

1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
· Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
· Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.


C. PENALARAN KALIMAT
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :

INDUKTIF
       induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
  • Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
  • Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
    Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
  • Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
  • Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
CONTOH :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

DEDUKTIF

         deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.

Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.

D. KEHEMATAN ATAU EKONOMI BAHASA 

Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang berlangsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Dalam kaitan itu, yang dimaksud ekonomi bahasa adalah kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan demikian, kalau ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena hal itu tidak ekonomis.

Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa :
 
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain
2. Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit
Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut :
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
2. Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

E. DAFTRA KONJUNGSI BAHASA

Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih.
Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung.

Jenis-jenis konjungsi: 

1. Konjungsi antar klausa, dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama. ( =konjungsi setara )

Macam-macam:
- dan (menyatakan penambahan)
- tetapi ( menyatakan perlawanan)
- atau ( menyatakan pemilihan )

 b.Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (=konjungsi bertingkat )

Macam-macamnya:
- sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara,      sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai (menyatakan waktu).

 c. Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.

Macam-macamnya: 

- baik … maupun …
- tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
- bukan hanya …, melainkan …
- (se)demikian (rupa) … sehingga…
- apa(kah) … atau …
- entah … entah …
- jangankan …, …pun .


 2. Konjungsi Antarkalimat  
yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.

Macam-macamnya:

- biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu ( menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu )
- kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu ( menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya ).
- sebaliknya ( menyatakan kebalikan dari pernyataan sebelumnya ).
- sesungguhnya, bahwasannya ( menyatakan keadaan yang sebenarnaya ).
- malahan, bahkan ( menyatakan menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya).

 3. Konjungsi Antar paragraf 
yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Konjungsi antar paragraf pada umumnya terletak pada awal paragraf.

Macam-macamnya:

- adapun
- akan hal
- mengenal
- dalam pada itu

F. DAFTAR PROPOSISI BAHASA

Preposisi atau kata depan adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina, adjektiva, atau adverbial dan secara semantic menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan di belakang preposisi tersebut.

            Bentuk Preposisi :

1.      Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.

a.      Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem (monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.

b.      Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa verba, adjektiva, atau nomina.

1.      Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.

2.      Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.

3.      Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui, mengenai.

2.      Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang berdampingan atau berkolerasi.

1)      Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan, baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari.

2)      Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga, dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ... hingga, sejak ... sampai.

3)      Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep + FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari samping, dari sebelah, dari tengah.


Peran Sematis :

a.      Penanda hubungan ‘tempat’ : di, ke, dari

b.      Penanda hubungan ‘peruntukan’ : bagi, untuk

c.       Penanda hubungan ‘sebab’ : karena, sebab

d.      Penanda hubungan ‘kesertaan’ atau ‘cara’ : dengan, sambil, beserta, bersama

e.      Penanda hubungan ‘pelaku’ : oleh

f.        Penanda hubungan ‘waktu’ : pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang

g.      Penanda hubungan ihwal peristiwa : tentang, mengenai

h.      Penanda hubungan ‘milik’ : dari





SUMBER :
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
http://ferandaannisa.blogspot.co.id/2015/10/kalimat-efektif.html?m=1 
http://achprim.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html 
http://febriansyahfebry.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-efektif-dalam-penulisan.html
https://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/04/ekonomi-bahasa/
http://fiyanpmaker.blogspot.co.id/2012/04/macam-macam-konjungsi.html
http://lenterastkippgribl.blogspot.co.id/2013/02/penggunaan-preposisi-dan-konjungsi.html

Senin, 19 Oktober 2015

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

A. DEFINISI KOSAKATA 

Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya. Karenanya banyak ujian standar, seperti SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata.

B. JENIS KATA DALAM B. INDONESIA

Kata benda

Kata benda adalah kata yang menunjuk pada benda baik yang konkret maupun abstrak. Kata benda atau biasa dikenal juga dengan sebutan nomina berfungsi sebagai objek, subjek, pelengkap dan keterangan dalam sebuah kalimat. Beberapa contoh kata benda adalah sebagai berikut:
  1. Erudisi
  2. Website
  3. Rumah
  4. Penulis

Kata kerja

Jenis kata selanjutnya adalah kata kerja. Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses atau keadaan yang bukan merupakan kata sifat. Kata kerja atau verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat.
Contoh kata kerja adalah sebagai berikut:
  1. Menulis
  2. Membayar
  3. Bertanya
  4. Berdiskusi

Kata sifat

Jenis kata yang ketiga adalah kata sifat. Kata sifat adalah kata yang menerangkan sifat dari benda (orang, binatang, atau benda lainnya). Kata sifat atau adjektiva berfungsi sebagai berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek dalam kalimat.
Contoh kata sifat adalah sebagai berikut:
  1. Senang
  2. Panas
  3. Tinggi
  4. Enak

Kata keterangan

Jenis kata selanjutnya adalah kata keterangan. Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kondisi dari sebuah benda. Kata keterangan atau adverbia berfungsi sebagai pelengkap objek, subjek dan predikat dalam sebuah kalimat.


 C. KATA SERAPAN

Kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata.

Macam-macam kata serapan :

1. Bahasa Inggris

Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk berkomunikasi, bahasa ini dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh pemakai bahasa Indonesia. Di bawah ini adalah contoh kata-kata bahasa Inggris yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Application = Aplikasi
Actor = Aktor
Aquarium = Akuarium
Allergy = Alergi
Account = Akun

2. Bahasa Belanda

Belanda telah menjajah Indonesia selama tiga ratus lima puluh tahun. Lamanya bangsa Belanda menduduki Indonesia memungkinkan bahasa Belanda terserap ke dalam bahasa Indonesia dan secara tidak sadar kita telah mengambil dan menggunakan kata-kata dari bahasa Belanda tersebut. Bahasa Belanda merupakan bahasa yang paling banyak terserap ke dalam bahasa Indonesia. Berikut ini adalah contoh kata serapan yang diambil dari bahasa Belanda.

Amateur = Amatir
Akur = Akkoord
Acclamatie = Aklamasi
Akte = Akte
Atleet = Atlet

3. Bahasa Jawa Kuno

Bahasa Indonesia juga menyerap kata-kata Jawa kuno atau bahasa Sansekerta dikarenakan kebudayaan jawa merupakan pusat perkembangan kebudayaan di Indonesia pada zaman dahulu . Penyerapan ini juga akibat masih lekatnya orang-orang jawa dengan bahasa mereka sehingga mereka tetap menggunakan bahasanya walaupun zaman telah berekembang. Oleh karena seringnya penggunaan bahasa Jawa, bahasa ini menjadi umum dimasyarakat dan secara tak sadar digunakan secara luas. Berikut ini adalah contoh-contoh kata serapan dari bahasa jawa kuno.

Cuba = Coba
Cahya = Cahaya
Dhenger = Denger
Garem = Garam
Duraka = Durhaka

4. Bahasa Arab

Ada dua faktor yang menjadi penyebab diserapnya bahasa arab ke dalam bahasa Indonesia, yaitu bangsa arab sering melakukan perdagangan di Indonesia dan berinteraksi dengan penduduk pribumi dan Arab adalah Negara tempat berasalnya agama mayoritas di Indonesia. Berikut ini adalah contoh-contoh kata serapan dari bahasa Arab.

Abad = Abad
Abadi = Abadi
Bakhil/Baligh = Baligh
Halal = Halal
Haram = Haram

5. Bahasa-Bahasa Lain

Bahasa lain adalah bahasa-bahasa yang terserap ke dalam bahasa Indonesia dengan porsi yang sedikit dibandingkan dengan bahasa-bahasa di atas. Bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa China, Portugis, Tamil, Parsi.

Contoh:

Bakiak = Bakiak  (Bahasa China)
Cincau = Cincau (Bahasa China)
Encang = Paman (Bahasa China)
Encing = tante (Bahasa China)
Armada = Armada (Bahasa Portugis)

D. KATA PINJAMAN
Arti kata pinjaman adalah Istilah linguistik kata yang dipinjam dari bahasa lain dan kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri

E. IMBUHAN DALAM KATA SERAPAN

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang di Indonesiakan. Proses penyerapannya terjadi karena proses adaptasi dan asimilasi. Proses adaptasi bila sebuah kata secara utuh diserap tanpa adanya perubahan dan pelafalan, contoh: coffe break, money politics, money changer, super power, reshuffle. Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke
dalam bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan dan bentuk penulisan Indonesianya.

F. HUBUNGAN ANTAR MAKNA

1.SINONIM.
Dua kata atau lebih yang mempunyai persamaan arti atau hampir sama artinya.
contoh: abadi=kekal.
baik=bagus.
zaman=kala,waktu.
Caci=cela,dll.

2. ANTONIM.
Dua kata atau lebih yang mempunyai makna berlawanan.
Contoh: sakit >< sehat.
Jahat >< baik.
Rajin >< malas.dll.

3. HOMONIM.
Kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama tapi maknanya berbeda.
Contoh:
- bisa= dapat,
-bisa=racun.
dll.

4. HOMOGRAF.
Kata yang tulisanya sama,tetapi pelafalan dan makna berbeda.
Contoh:
1.APEL.
- Setiap hari senin ada apel di lapangan sekolah.
- aku lebih suka apel hijau daripada apel merah.dll.

5. HOMOFON.
kata yang pelafalan yang sama,tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh,
bank,bang.
-tolong setorkan uang ini di bank.
-saya pesan satu porsi,bang.

sangsi,sanksi
-pencuri itu mendapat sanksi yang setimpal.
-ibu sangsi bahwa aku bisa masak seperti beliau.

6. POLISEMI.
kata yang memiliki banyak makna.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata
http://bhsindo.erudisi.com/jenis-kata-dalam-bahasa-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/contoh-kata-serapan-dan-pengertiannya-adopsi-adaptasi-pungutan.html
https://aswindheemcom.wordpress.com/2013/02/03/penulisan-kata-serapan/
http://gregorbetan.mywapblog.com/hubungan-antar-makna.xhtml
http://kamus.cektkp.com/kata-pinjaman/

Minggu, 18 Oktober 2015

Membuat garis vertikal, horizontal dan diagonal dengan menggunakan compiler DEV C++ dan library opengl


Kali ini saya akan membuat garis vertikal, horizontal dan diagonal dengan menggunakan compiler DEV C++ dan library opengl. Untuk membuatnya, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan. Langkah-langkahnya seperti di bawah ini : 

Install terlebih dahulu DEV C++ nya, bagi yang komputernya belumterinstall software tersebut. Buka software DEV nya untuk menginstall glut, lalu pilih tools > package manager > install
Kemudian untuk memulai coding, kita harus membuka lembar kerja baru dengan cara. Klik file > new > project
Lalu pilih basic > console application


Kemudian akan muncul seperti tampilan dibawah. Maka kita sudah bisa memulai coding programnya.



                                   

OUTPUT :












Nama : Hilyatul Aulia
Npm : 14113134
Kelas : 3KA26