Minggu, 01 November 2015

ALENEA ATAU PARAGRAF

A. JENIS TULISAN DALAM LARAS ILMIAH

Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.

Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarangmelainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).

Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).

Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.

Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).

Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.

Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.

Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.

Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.

Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :

harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua maknaharus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguanharus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.


B. EKSPOSISI, ARGUMENTASI, NARASI,  DESKRIPSI



EKSPOSISI
Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan yang menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran. Gaya penulisan ekspositoris (bersifat eksposisi) biasanya informatif, yaitu gaya bahasa yang objektif atau tidak emosional. Ada beberapa metode agar tulisan ekpositoris ini bergaya demikian.

ARGUMENTASI

Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Tujuan dari argumentasi adalah orang lain percaya atau bahkan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembicara.  Bagian penting dari argumentasi adalah penalaran, yaitu proses berpikir untuk menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti. Tiga unsur terpenting dalam argumentasi adalah (a) data, (b) fakta, dan (c) pendapat ahli (expert).

DESKRIPSI

Deskripsi adalah bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian tentang sesuatu. Penulis berusaha untuk memindahkan kesan-kesan, hasil observasi, dan pengamatannya kepada para pembaca. Dalam deskripsi ada imajinasi atau daya khayal. Tulisan deskriptif membuat para pembaca seolah-olah melihat langsung peristiwa atau sesuatu yang dibicarakan.

NARASI

Narasi adalah bentuk tulisan yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dirangkai menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi pada prinsipnya berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”


C. SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF


1.      Kesatuan

Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut.

2.      Kepaduan

Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami.


Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.

Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya dllHubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, meskipun dllHubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya dllHubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi dllHubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, kemudian dllHubungan yang menyatakan singkatan, misal:  ringkasnya, misalnya, yakni, sesungguhnya dllHubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, dekat, di seberang dll


3.      Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.

D. KALIMAT TOPIK & PELETAKKANNYA


Sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu. 


Ada tiga jenis paragraf berdasarkan peletakan gagasan utama dalam paragraf tersebut yaitu: 


1.         Paragraf Deduktif

Paragraf Deduktif adalah paragraf yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.

2.         Paragraf Induktif

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama. Paragraf Induktif terbagi menjadi tiga yaitu:

A.      Generalisasi

Generalisasi adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan.

B.        Analogi

Analogi merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.


C.        Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.


3.         Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal kalimat.

E. POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

Pola pengembangan paragraf sendiri adalah suatu penalaran atau pemikiran yang berdasarkan data untuk menarik suatu kesimpulan. Ada dua cara penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu penalaran deduksi dan induksi. Di bawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai pola-pola pengembangan paragaf tersebut.


1. Penalaran Deduksi


Penalaran deduksi adalah proses pengembangan paragraf dimana hal-hal umum dikemukakan terlebih dahulu kemudian selanjutnay didukung atau diperjelas dengan hal-hal khusus. Proses penalaran deduksi terbagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.

1.1 Silogisme

Proses penalaran silogisme adalah proses penarikan sebuah kesimpulan dengan menghubungkan dua pernyataan yang berlainan. Silogisme tersusun dari dua buah pernyataan yang disebut dengan premis mayor sebagai pernyataan umum, premis minor sebagai pernyataan khusus dan sebuah konklusi atau kesimpulan.

Rumus Silogisme

Premis mayor : Semua A = B
Premis minor  : C = A
Kesimpulan     : C = B

Contoh :

Silogisme sendiri terbagi menjadi 3 jenis silogisme yaitu:

A. Silogisme kategorial

Proses silogisme ini tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang bersifat kategoris.

Contoh:

P1 = Semua karyawan bergelar sarjana
P2 = Budi adalah karyawan
K= Budi bergelar sarjana

P1 = Semua binatang berkaki empat mamalia
P2= Kambing memiliki 4 kaki
K = Kambing termasuk mamalia

B. Silogisme hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berproposisi conditional hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen, begitu juga dengan sebaliknya.

Contoh:

P1 = Jika tidak ada oksigen, makhluk hidup mati
P2 = Oksigen tidak ada
K = Jadi, makhluk hidup mati

P1 = Jika ada uang Budi membeli motor baru
P2 = Budi ada uang
K = Jadi, Budi membeli motor baru

C. Silogisme alternative

Silogisme alternative premis mayornya berupa proposisi alternative. Bila premis minornya membenarkan salah satu dari alternative yang ada, maka kesimpulannya akan menolak alterantif lainnya.

Contoh:

P1 = Budi sedang bermain di tempat Ani atau Joko
P2 = Budi bermain bersama Ani
K = Jadi, Budi tidak bermain dengan Joko

P1 = Ayah ingin menanam Bungan mawar atau melati
P2 = Ayah menanam bunga mawar
K = Jadi, ayah tidak menanam bunga melati


1.2. Entimen

Entimen adalah proses pemendekan silogisme atau disebut juga dengan silogisme yang dipendekan.

Rumus entimen

C = B, karena C = A

Contoh:

Silogisme

P1 = Anak yang rajin selalu mengerjakan Pr
P2 = Budi mengerjakan PR
K = Budi adalah anak yang rajin

Dari silogisme di atas maka entimennya adalah:

Budi selalu mengerjakan Pr karena dia adalah anak yang rajin.


2. Penalaran Induksi


Penalaran Induksi atau Induktif adalah suatu proses pengembangan paragraf dengan menggunakan penalaran khusus ke umum. Dengan kata lain paragraf yang menggunakan pola ini dikembangkan dengan menyajikan topik-topik yang khusus kemudian disimpulkan dengan kalimat khusus pada bagian akhir paragraf.

Proses penalaran ini dapat dibedakan menjadi:

2.1. Generalisasi

Proses generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari suatu fenomena khusus ke sebuah kesimpulan umum.

2.2 Sebab-Akibat

Sebab akibat adalah proses penalaran yang diawali dari peristiwa-peristiwa khusus yang dianggap sebagai sebab dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang dianggap sebagi akibat.

2.3. Analogi

Proses penalaran ini menggunakan perbandingan suatu benda atau peristiwa yang memiliki kesamaan khusus untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu benda atau peristiwa tersebut sama dengan benda atau peristiwa lainnya.



SUMBER:
https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/13/laras-bahasa/ 
http://janganpernahselingku.blogspot.co.id/2014/10/letak-kalimat-utama-dan-tekhnik.html?m=1 https://ajengtriansari.wordpress.com/2013/07/21/syarat-syarat-pembentukan-dan-pengembangan-paragraf/ http://www.kompasiana.com/sigit_s/eksposisi-argumentasi-deskripsi-narasi-dan-tipe-teks-dalam-bahasa-indonesia_54f456387455139d2b6c88f1
http://www.cara-wanita.com/2013/09/defenisi-dan-contoh-paragraf-narasi.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/penjelasan-pola-pengembangan-paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html?m=1

KALIMAT EFEKTIF

A. KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
B. KESALAHAN KALIMAT

1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
· Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
· Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.


C. PENALARAN KALIMAT
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Macam-macam Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu :

INDUKTIF
       induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci "dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari lihat definisi berikut;
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca atau membuat paragraf induktif.
Ingin paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:

Ciri-ciri Paragraf Induktif
  • Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
  • Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
    Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
  • Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
  • Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
CONTOH :
-Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
-Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

DEDUKTIF

         deduktif adalah contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.

Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.

D. KEHEMATAN ATAU EKONOMI BAHASA 

Kehematan atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang berlangsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Dalam kaitan itu, yang dimaksud ekonomi bahasa adalah kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan demikian, kalau ada kata atau ungkapan yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan kata atau ungkapan yang lebih panjang karena hal itu tidak ekonomis.

Perhatikanlah contoh berikut, yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa :
 
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain
2. Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit
Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut :
1. Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
2. Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.

E. DAFTRA KONJUNGSI BAHASA

Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih.
Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung.

Jenis-jenis konjungsi: 

1. Konjungsi antar klausa, dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama. ( =konjungsi setara )

Macam-macam:
- dan (menyatakan penambahan)
- tetapi ( menyatakan perlawanan)
- atau ( menyatakan pemilihan )

 b.Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status sintaksis yang tidak sama. (=konjungsi bertingkat )

Macam-macamnya:
- sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara,      sambil, seraya, selagi, selama, hingga, sampai (menyatakan waktu).

 c. Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.

Macam-macamnya: 

- baik … maupun …
- tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
- bukan hanya …, melainkan …
- (se)demikian (rupa) … sehingga…
- apa(kah) … atau …
- entah … entah …
- jangankan …, …pun .


 2. Konjungsi Antarkalimat  
yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.

Macam-macamnya:

- biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu ( menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu )
- kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu ( menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya ).
- sebaliknya ( menyatakan kebalikan dari pernyataan sebelumnya ).
- sesungguhnya, bahwasannya ( menyatakan keadaan yang sebenarnaya ).
- malahan, bahkan ( menyatakan menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya).

 3. Konjungsi Antar paragraf 
yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Konjungsi antar paragraf pada umumnya terletak pada awal paragraf.

Macam-macamnya:

- adapun
- akan hal
- mengenal
- dalam pada itu

F. DAFTAR PROPOSISI BAHASA

Preposisi atau kata depan adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina, adjektiva, atau adverbial dan secara semantic menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan dan di belakang preposisi tersebut.

            Bentuk Preposisi :

1.      Preposisi 'tunggal' terdiri dari satu kata.

a.      Preposisi yang berupa kata dasar terdiri dari satu morfem (monomorfemis). Daftar: akan, antara, bagi, buat, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per, peri, sampai, sejak, semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk.

b.      Preposisi yang berupa kata berafiks (polimorfemis) dibentuk dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar yang bisa berupa verba, adjektiva, atau nomina.

1.      Preposisi yang berupa kata berprefiks, daftar: bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap.

2.      Preposisi yang berupa kata bersufiks, daftar: bagaikan.

3.      Preposisi yang berupa kata berprefiks dan bersufiks, daftar: melalui, mengenai.

2.      Preposisi 'gabungan' atau 'majemuk' terdiri atas dua preposisi yang berdampingan atau berkolerasi.

1)      Preposisi yang 'berdampingan' terdiri dari dua preposisi yang letaknya berurutan, baik digabungkan menjadi satu kata atau tetap terpisah menjadi dua kata. Daftar: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke, sampai dengan, selain dari.

2)      Preposisi yang 'berkorelasi' terdiri dari dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Daftar: antara ... dengan, dari ... hingga, dari ... sampai dengan, dari ... sampai ke, dari ... sampai, dari ... ke, sejak ... hingga, sejak ... sampai.

3)      Preposisi dengan nomina lokatif bergabung dengan dua nomina (FN) yang nomina pertamanya (N1) mempunyai ciri lokatif atau menunjukkan lokasi (Prep + FN (N1 + N2). Contoh: di (atas meja), ke (dalam rumah), dari (sekitar kampus), dll.. Sebagian dari kelompok N1 maupun N2 ada yang wajib muncul dan ada pula yang manasuka. Berikut adalah frasa preposisional yang dapat muncul tanpa N2 jika konteks kalimat atau situasinya jelas: di depan, di muka, di pinggir, di samping, di sebelah, di tengah, ke depan, ke muka, ke pinggir, ke samping, ke sebelah, ke tengah, dari depan, dari muka, dari pinggir, dari samping, dari sebelah, dari tengah.


Peran Sematis :

a.      Penanda hubungan ‘tempat’ : di, ke, dari

b.      Penanda hubungan ‘peruntukan’ : bagi, untuk

c.       Penanda hubungan ‘sebab’ : karena, sebab

d.      Penanda hubungan ‘kesertaan’ atau ‘cara’ : dengan, sambil, beserta, bersama

e.      Penanda hubungan ‘pelaku’ : oleh

f.        Penanda hubungan ‘waktu’ : pada, hingga, sampai, sejak, semenjak, menjelang

g.      Penanda hubungan ihwal peristiwa : tentang, mengenai

h.      Penanda hubungan ‘milik’ : dari





SUMBER :
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
http://ferandaannisa.blogspot.co.id/2015/10/kalimat-efektif.html?m=1 
http://achprim.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html 
http://febriansyahfebry.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-efektif-dalam-penulisan.html
https://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/04/ekonomi-bahasa/
http://fiyanpmaker.blogspot.co.id/2012/04/macam-macam-konjungsi.html
http://lenterastkippgribl.blogspot.co.id/2013/02/penggunaan-preposisi-dan-konjungsi.html